Hari ini hari minggu. Hari libur yang
biasanya aku habiskan untuk menonton, membaca atau hanya sekedar mendengarkan
musik. Setelah enam hari bergelut dengan rutinitas yang sekarang sering terasa
membosankan, hari minggu menjadi waktu yang tepat untuk berisirahat.
Tiba-tiba
aku berubah pikiran. Kulihat kamarku yang cukup berantakan. Aku memang sudah lama
tak membereskan kamar. Baiklah,
sepertinya hari ini aku tak bersantai dulu.
Debu yang mulai menumpuk membuatku beberapa kali bersin. Pantas saja rasanya agak pengap, kamarku benar-benar kotor. Aku memulai dari rak buku yang berantakan. Buku-buku yang masih sering kubaca memang kubiarkan berada di kamar, selebihnya ku simpan di kardus dan kutinggalkan di Gudang.
Debu yang mulai menumpuk membuatku beberapa kali bersin. Pantas saja rasanya agak pengap, kamarku benar-benar kotor. Aku memulai dari rak buku yang berantakan. Buku-buku yang masih sering kubaca memang kubiarkan berada di kamar, selebihnya ku simpan di kardus dan kutinggalkan di Gudang.
Menyusun buku dengan tepat menata
sesuai tebal/tinggi buku agar terlihat lebih tapi terstruktur baik. Membereskan kamar berarti mulai menemukan
banyak barang yang mungkin pernah dicari atau bahkan tak diperlukan lagi.
Membuang barang-barang yang tak terpakai. Benar-benar membersihkan yang perlu
dibersihkan.
Setelah hamper 2 jam berkeringat
beberes kamar, walaupun belum selesai kuputuskan untuk istirahat sebentar,
meneguk segelas air putih sambil mendengarkan musik. Oh iya pagi tadi aku belum
sempat ngopi, sambil merehatkan punggungku ini waktunya untuk menikmati secangkir
kopi panas.
Aku melihat kamarku seksama,
tiba-tiba terpikirkan suatu hal.
Kamar ini seperti otak. Yang pengap, penuh,
bahkan dengan ‘sesuatu’ yang tidak penting. Berantakan, hingga rasanya memilih
untuk membiarkan, tidak peduli dengan ‘keberantakan’ yang makin berantakan.
Kurang lebih seperti itu juga strutut hati/otak, bukan bermaksdu lebay hanya saja
memang itu kenyatannya. Otak dan hati/jiwa kadang terlalu banyak terdiami orang
hal tidak penting. Yang akhirnya hanya membuatku semakin sesak.
Membereskan pikiran itu penting.
Mengamati mana yang harus di buang dan mana yang harus dipertahankan. Membuang
hal-hal yang merusak sekaligus menata yang mulai riuh tak beraturan. Setidaknya
hal itu akan membuat bisa sedikit bernafas lega. Bukankah kamar dan otak (jiwa)
hampir mirip. Keduanya adalah hunian yang paling penting dalam hidup. Keadaan
yang kotor, penuh, berantakan akan membuat sesak nafas secara fisik maupun
batin. Ruangan yang memang kadang perlu kita amati, ditata sebaik mungkin dan
mengenyahkan yang harusnya pergi. Menimbun barang tak dipakai seperti mendendam
kenangan lama yang harusnya segera di buang terutama kenangan pilu. Menata ruangan dengan baik, sepeti menata
pikiran agar tahu mana yang benar mana yang salah, merencakan apa yang harus
dilakukan dan melakukan apa yang harus dilakukan.
Jiwa bukan hanya sekedar ruang
kosong, ia hidup dengan nyata.
Ah sudah cukup aku berisitrahat,
sebaiknya segera kulanjutkan beberes kamar lagi. Oh iya dan setelah ini sebaiknya aku
harus membereskan pikiranku (yang mulai berantakan) ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar